Apa Pengertian Malam Satu Suro? Simak Sejarah dan Tradisinya

Malam Satu Suro merupakan salah satu tradisi yang memiliki makna penting dalam budaya Jawa, khususnya bagi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Malam Satu Suro biasanya dirayakan pada bulan Muharram dalam penanggalan Hijriyah, tepatnya pada malam pertama bulan tersebut. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian Malam Satu Suro, sejarahnya, serta tradisi yang terkait dengan perayaan tersebut.

Pengertian Malam Satu Suro

Malam Satu Suro adalah malam yang dianggap istimewa dalam budaya Jawa karena dianggap sebagai awal dari tahun baru Hijriyah. Istilah “Suro” berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada bulan pertama dalam penanggalan Jawa, sementara “Malam Satu” berarti malam pertama. Jadi, Malam Satu Suro secara harfiah berarti malam pertama bulan Suro.

Sejarah Malam Satu Suro

Sejarah Malam Satu Suro berkaitan erat dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Pada saat itu, umat Islam meninggalkan Mekkah dan berhijrah ke Madinah untuk memperjuangkan agama Islam. Peristiwa hijrah ini juga menandai awal dari penanggalan Hijriyah yang digunakan oleh umat Islam hingga saat ini.

Meskipun hijrah Nabi Muhammad terjadi pada bulan Rabiulawal dalam penanggalan Hijriyah, tradisi Malam Satu Suro diperingati pada bulan Muharram. Hal ini karena Malam Satu Suro lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa yang memiliki penanggalan sendiri.

Tradisi Malam Satu Suro

  1. Upacara Sedekah Bumi: Salah satu tradisi yang dilakukan pada Malam Satu Suro adalah upacara sedekah bumi atau kirab bumi. Masyarakat membawa hasil bumi seperti nasi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya untuk diserahkan kepada sesama yang membutuhkan atau untuk diberikan kepada masjid atau langgar.
  2. Doa Bersama: Pada Malam Satu Suro, masyarakat juga sering mengadakan doa bersama di masjid atau langgar. Mereka berdoa untuk keselamatan dan keberkahan, serta memohon agar mendapat perlindungan dari segala mara bahaya.
  3. Memperingati Kematian: Beberapa keluarga juga memanfaatkan Malam Satu Suro untuk memperingati kematian orang-orang terdekat mereka. Mereka mengadakan ziarah ke makam keluarga dan berdoa untuk roh orang yang telah meninggal.
  4. Menyediakan Makanan Khas: Di beberapa daerah, Malam Satu Suro juga identik dengan menyediakan makanan khas seperti nasi tumpeng atau nasi kuning. Makanan ini kemudian dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan orang-orang yang membutuhkan.
  5. Menyelenggarakan Pagelaran Seni: Tak jarang, Malam Satu Suro juga diisi dengan pagelaran seni seperti wayang kulit, tari-tarian tradisional, atau pentas musik. Pagelaran seni ini menjadi hiburan dan sarana memperkokoh solidaritas masyarakat.

Pentingnya Malam Satu Suro dalam Budaya Jawa

Malam Satu Suro memiliki makna yang sangat penting dalam budaya Jawa. Selain sebagai awal tahun baru dalam penanggalan Hijriyah, perayaan ini juga menjadi momentum bagi masyarakat Jawa untuk memperkuat silaturahmi, berbagi rezeki kepada sesama, dan memperkokoh identitas budaya mereka.

Dengan begitu, Malam Satu Suro bukan hanya sekadar tradisi turun temurun, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang kaya dan memperkaya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat Jawa. Melalui perayaan ini, terjalinlah solidaritas sosial dan kebersamaan yang menjadi pondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berdaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *